Jika budget
perusahaan utk membeli suatu barang/jasa adlh 100 jt , tentu saja anda tidak
membuka penawaran sebesar 100 jt ke supplier kan? Tentu anda mulai membuka di
angka katakanlah 70 atau 80 jt.
Isu yang bisa dinegosiasikan
adalah semua isu dalam QSDP (Quality Service Delivery Price) beserta sub elemen
nya.
Dalam nego
purchasing dikenal strategi konsesi 3 level yaitu :
1.
HID (High Initial
Demand). Posisi dimana buyer biasanya membuka harga penawaran negosiasi dengan terendah,
atau membukan penawaran lead time delivery dengan lead time terpendek. Supplier
akan menggunakan HID yang kebalikan dari buyer, harga tertinggi yang
direncanakan dst.
2.
Nice, posisi
dimana QSDP masih bisa diterima oleh
buyer atau supplier.
3.
Must Have,
posisi dimana posisi terakhir yang bisa diterima oleh buyer atau supplier.
Posisi must ini biasanya budget dari perusahaan masing-masing.
Baik buyer
maupun supplier mempunyai posisi HID, nice, dan must have masing-masing.
Sebagai buyer tentu kita mengetahui posisi HID, nice, dan must have kita. Namun
kita hanya bisa memperkirakan posisi HID, nice, must have dari supplier sebagai
lawan negosiasi kita. Informasi posisi lawan teresebut mungkin berasal dari
owner estimate, data market, data historis, data intelijen, dsb.
Dalam konsesi
negosiasi juga dikenal istilah BATNA yang cukup
populer di kalangan akdemisi dan praktisi. Apa itu BATNA dan dimana
posisinya dlm 3 level konsesi?
BATNA singkatan
dari Best Alternative to A Negotiated Agreement. Secara singkat, BATNA
ekuivalen dengan posisi Must have dalam strategi konsesi. Jika anda harus
memiliki itu, dan tidak mendapatkannya, lalu anda butuh punya alternatif lain.
BATNA dipertimbangakn sebagai poin “walk away”oleh banyak professional, tapi
masih terjadi perdebatan di kalangan akademisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar