Inventory dicatat
dalam laporan keuangan, di Neraca di bawah aktiva lancar yang sering dibagi atas
raw material, WIP, dan finish good , juga di Laporan Rugi Laba yang dimasukkan
dalam perhitungan COGS , dan juga
termasuk dalam Laporan Cash Flow dimana berkurangnya inventory akan
meningkatkan cash dan sebaliknya.
Sudah jelas
bahwa tumpukan inventory adalah tumpukan uang sehingga tentu saja perusahaan
lebih senang uangnya berputar daripada menumpuk mati.
Namun di sisi
lain, perusahaan juga menginginkan adanya Inventory untuk memenuhi kebutuhan
baik untuk pelanggan internal terutama pelanggan external.
Ada berbagai
program utk mengurangi Inventory cost spt:
1. Dari item
cost (harga barang)
Berupaya
berbagai upaya utk mengurangi inventory itu sendiri spt meningkatkan forecast
accuracy, mengurangi MOQ (Minimum Order Quantity) dari supplier, mengalihkan
stock ke supplier spt dgn program VMI (Vendor Managed Inventory), meningkatkan
kinerja supplier dari sisi lead time, on time delivery, quality , memperbaiki
komunikasi dalam Supply Chain, cross docking, dan sebagainya.
2. Dari carrying
/ holding cost (biaya menyimpan)
Ada beberapa
komponen biaya menyimpan. Berbagai upaya mengurangi biaya sbb:
- biaya gedung
warehouse: meningkatkan utiltisasi ruang dsb
- biaya alat
handling , biaya tenaga kerja, biaya WACC, asuransi dsb.
- biaya
kehilangan, scrap, usang : meningkatkan sistem keamanan dgn berbagai teknologi,
pengontrolan tamu, melakukan Cycle stock counting, implementasi FIFO dan FEFO, dsb.
3. Ordering cost
(biaya mengorder)
Berupa berbagai
upaya efisiensi dari sisi pembelian.
4. Backorders (stockout), lost sales, lost customers.
Biaya ini muncul
jika stock tidak tersedia sesuai permintaan customer. Mengurangi biaya ini
adalah dengan meningkatkan availability stock.
5. Capacity
variance: biaya merubah kapasitas melebihi range normal: overtime, tambahan
shift, latoffs, tutup pabrik. Sama dengan poin no 4, mengurangi biaya ini
adalah dengan meningkatkan availability stock.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar