Stick and Carrot
(Tongkat/Pentungan dan Wortel) sebenarnya adalah ungkapan yang mengacu pada kebijakan
yang menawarkan kombinasi rewards dan
punishment untuk mendorong perilaku.
Pada tulisan saya kali ini, ungkapan Stick and Carrot ini saya modifikasi
sedikit dalam menganalisa 2 model fungsi Procurement dalam organisasi. Saat
menilai tingkat maturity sebuah
organisasi fungsi Procurement, saya melihat ada 2 model dominan organisasi fungsi
Procurement.
Pertama, saya
sebut dengan organisasi dengan pendekatan Stick (tongkat/ pentungan).
Organisasi ini lebih fokus pada punishment
daripada value yang bisa dihasilkan
tim Procurement. Di organisasi seperti ini, fokus tim Procurement lebih pada: “Bagaimana
menghadapi auditor?”, “bagaimana supaya tidak ada temuan (finding) audit?”, profesi
procurement dirasakan sbg profesi beresiko tinggi dan harus dihindari, proses
Procurement yang relatif panjang dan lama, sangat operasional, organisasi
ad-hoc temporer, fokus pada harga termurah, dan relationship yang kurang baik
dengan supplier.
Kedua,
pendekatan Carrot (wortel), dengan beberapa ciri-ciri seperti: penekanan pada proses
planning dan strategic sourcing, mencari cost saving dari berbagai alternatif,
fokus pada total cost terendah (bukan harga terendah), mempercepat proses Procurement,
organisasi permanen dan profesional, menjaga hubungan tepat dan jangka panjang
dengan supplier, serta memaksimalkan manfaat untuk semua stake holder.
Organisasi Procurement
yang masih muda mungkin bisa lebih fokus pada Stick. Namun dengan berjalannya waktu, semakin berkembangnya organisasi, pendekatan Carrot lebih banyak
didorong untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi tim Procurement sehingga
bisa memberikan kontribusi lebih banyak dan strategis bagi perusahaan.
Apa kreativitas dan inovasi anda untuk organisasi Procurement anda?