Salah satu
taktik negosiasi yang sering digunakan baik oleh supplier maupun buyer adalah
taktik walk out, yaitu taktik dimana supplier atau buyer tidak bersedia
melanjutkan negosiasi jika pihak lawan tidak memenuhi pemintaan buyer atau
supplier tersebut. Tujuan dari taktik ini, pertama untuk menggertak lawan
sehingga diharapkan lawan bersedia merubah posisi level konsesinya, atau kedua,
memang bermaksud menyatakan ke pihak lawan bahwa konsesi yang diminta oleh
pihak lawan tidak bisa dipenuhi karena permintaan tsb sudah berada di bawah
posisi konsesi “Must Have” atau “Walk Away” (posisi terendah yang bisa dipenuhi).
Sering kali
buyer tidak bisa membedakan saat supplier menggunakan taktik walk out tsb ke
mereka apakah supplier tsb sedang mengertak atau memang sedang
bersungguh-sungguh tidak bisa meneruskan negosiasi. Untuk itu para buyer harus
bisa mengukur untuk mengetahui hal ini sebagai bagian persiapan negosiasi.
Salah satu
praktek yang efektif adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan kunci ke
supplier pada saat meeting pre-negotiation untuk mengetahui beberapa informasi
untuk menentukan tingkat kebutuhan supplier thd bisnis buyer sehinga mengetahui
kemampuan supplier untuk walkout.
Beberapa
pertanyaan spt:
1.
Berapa persen
dari total bisnis supplier jika kita order ke supplier senilai PO atau kontrak
yang akan buyer tawarkan?
2.
Relatif
terhadap customer lain supplier tsb, berada di urutan berapa nilai PO atau
kontrak yang akan kita tawarkan? Pertanyaan satu dan dua bertujuan menilai
tingkat ketergantungan supplier ke perusahaan buyer. Jika persentase bisnis
yang buyer akan berikan cukup tinggi (misalnya 10% atau 20%, tergantung jenis
industri) dan berada di urutan yang cukup tinggi (misalnya urutan 10 besar dsb
tergantung jenis industri), posisi walk away supplier akan rendah.
3.
Apakah
supplier sedang beroperasi dalam full capacity atau tidak? Jika supplier
beroperasi dalam kapasitas rendah berarti supplier sedang dalam kondisi PT RO
(Rindu Order) sehingga posisi walk away supplier akan rendah dan sebaliknya.
4.
Jika dari
hasil negosiasi, buyer setuju untuk order ke supplier, apakah supplier punya
target waktu kapan supplier berharap menerima order tsb? Makin segera supplier
berharap bisa menerima order dari buyer, makin rendah posisi walk away supplier
dan sebaliknya.
5.
Apakah
supplier berencana untuk menggunakan atau memanfaatkan PO atau kontrak dari
buyer sebagai gerbang untuk masuk ke suatu segmen industri atau market baru?
Semakin besar peluang supplier menggunakan order atau kontrak buyer untuk
kepentingan tsb, semakin rendah posisi walk away supplier dan sebaliknya.
Dengan memiliki penilain informasi-informasi di atas,
memungkinkan buyer untuk bernegosiasi dengan lebih percaya diri dalam
menggunakan taktik walk out thd supplier dan juga dalam mengkounter supplier
jika menggunakan taktik walk out thd buyer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar