Salah seorang
klien bercerita bahwa beliau dan tim masih sering merasa salah dalam menentukan
harga penawaran pantas dari supplier. Terkadang harga yang ditawarkan terlalu
tinggi atau terlalu rendah dari perkiraan beliau dan tim. Terkadang waktunya
terlalu lama untuk melakukan perkiraan sehingga memperpanjang proses
procurement. Terkadang data yang ada dirasa tidak cukup untuk memperkirakan
harga yang pantas, dan berbagai masalah lainnya.
Memperkirakan biaya (cost estimation)
merupakan proses yang cukup kritis dalam procurement karena berhubungan dengan
proses procurement lainnya spt keputusan pembelian, proses budgeting, dsb.
Cost estimation adalah perkiraan biaya sebuah produk, program,
proyek, atau operasi atas dasar informasi yang tersedia. Memang ada banyak
teknik cost estimation, namun ada
pertimbangan tertentu dalam pemilihan teknik cost estimation tsb.
Pertimbangannya spt : (1) estimasi biaya ini untuk kebutuhan pada tahap mana di siklus procurement
(Need-specify-sourcing-enquire-evaluate-negotiate-order-progress-deliver-pay-review)
atau di siklus project (inisiasi-planning-eksekusi-closure). Jika masih berada
di tahap siklus awal, metode top-down spt analogous
estimating, parametric estimating, lebih
cocok. Tapi jika untuk tahap lebih dekat dgn keputusan pembelian, metode spt bottom up, vendor bid analysis, lebih
cocok (2) Matrix Kraljic, apakah item yang diestimasi berada pada kuadran
routine item, bottleneck, core, atau leverage. Misalnya untuk item di kuadran
routine dan leverage, metode vendor bid analysis sangat cocok. (3) Tingkat akurasi estimasi yang
diinginkan. Ditahap-tahap awal dalam siklus procurement dan proyek, tingkat
akurasi beriksar 60%, semakin dekat dengan tahap keputusan pembelian, tingkat
akurasi yang diinginkan cukup tinggi. Teknik analogous estimating dan parametric
estimating mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah dibanding teknik bottom up. (4) Waktu tersedia dalam mengestimasi. Teknik bottom up membutuhkan waktu cukup panjang dalam menghasilkan
estimasi dibandingkan teknik lain. Jadi, untuk keefektifan proses estimasi,
seorang estimator harus mengkaji pertimbangan-pertimbangan tsb sebelum memutuskan
menggunakan teknik estimasi yang mana.
Ada beberapa teknik cost estimation spt dipaparkan sbb. Ada beberapa teknik
yang bisa dikombinasi spt teknik expert
judgment dengan teknik analogous
estimating, dsb. (1) expert
judgment: menggunakan penilaian dari ahli dibidang tsb untuk menentukan
biaya. (2) analogous estimating: melakukan
analogi dari pembelian sebelumnya dan melakukan estimasi dengan menyesuaikan
dengan perbedaan yang mungkin ada dibandingkan pembelian sebelumnya spt
paramater ekonomis (inflasi, labour rate,
dll), tingkat kompleksitas, dsb. (3) parametric estimating: mirip dengan analogous estimating, yaitu menggunakan data pembelian sebelumnya,
namun menggunakan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena menggunakan analisis
statistik dalam proses estimasi biayanya. (4) Three-Point Estimates: meningkatkan akurasi estimasi dengan menyediakan
range estimasi biaya dan menghitung weighted average (rata2 bobot) range (ada
skenario best, most likely, dan worst case). (5) Vendor bid analysys:
ditentukan dengan menganalisa quotation/ proposal dari beberapa vendor qualified sebagai hasil bidding. (6) Bottom-Up
Estimating: melakukan breaks down
dan mengestimasi setiap komponen proyek. (7) Project Management Software
(8) Actual
Cost (9) Reserve Analysis (10) Cost of Quality (11) Dll. Teknik no
7, 8, 9, 10 sering dikombinasi dengan teknik lain sebelumnya.