Seperti Yg kita bahas sebelumnya, dalam evolusi SCM tahap 2, masing-masing fungsi
dalam perusahaan (procurement, warehouse, distribusi dll) sudah mengoptimalkan
fungsi masing-masing (sudah mempunyai KPI dan target masing-masing fungsi yang
jelas dan ada usaha yang sistematis untuk mencapai target tsb) , namun masih
dibatasi silo-silo antar fungsi, belum kelihatan integrasi dan kolaborasi antar
fungsi tsb.
Perusahaan yang berada pada evolusi SCM tahap 2 (optimalisasi fungsi) dalam
mengelola cost saving procurement nya lebih melihat cost saving dari sisi price
reduction. Dengan pengukuran kinerja cost saving berdasarkan penurunan harga,
fungsi Procurement berusaha untuk menurunkan harga barang atau jasa yang
ditawarkan supplier TANPA melihat efek kenaikan atau penurunan biaya di fungsi-fungsi
lain. Misalnya fungsi procurement membeli barang dalam jumlah besar untuk
mendapatkan diskon harga dari supplier, namun menghasilkan tambahan cost
inventory di warehouse. Contoh lain adalah fungsi procurement membeli spare
part yang lebih murah dari spare part similar yang dibeli sebelumnya, namun
membuat cost maintenance menjadi bertambah di bagian maintenance karena mesin
jadi lebih sering break down serta seringnya pergantian spare part tsb dan juga
menghasilkan cost tambahan di bagian produksi karena sering down time dan loss
time di line produksi.
Pada perusahaan yang sudah berada dalam evolusi SCM tahap 3 (integrasi
internal) dimana fungsi-fungsi internal sudah berintegrasi satu sama lainnya, fungsi
procurement sudah melakukan aktivitas cost saving dengan konsep TCO (Total Cost
of Ownership).
Fungsi procurement tidak hanya melihat cost reduction dari penurunan HARGA
barang atau jasa dari supplier saja, namun sudah melihat cost reduction secara
total sepanjang life cycle produk dan sepanjang supply chain yang dilewati
produk tsb.
Dari kasus contoh di atas, untuk mendapatkan diskon
harga dari supplier dengan membeli barang dalam jumlah besar, procurement
bersama fungsi lain yang terintegrasi menganalisa TCO dengan juga
mempertimbangkan cost inventory karena penambahan stock di fungsi warehouse.
Begitu juga saat membeli spare part yang lebih murah tadi, harus diperhitungkan
cost of quality nya sehingga tidak menimbulkan cost yang lebih besar di bagian
maintenance dan bagian produksi. Jadi, pilihan
TCO yang paling rendah yang akan diambil , bukan hanya sekedar harga beli awal (acquisition
cost) barang atau jasa itu saja.